TpOoBSG9TfCoGSd9TpY5GfC8Ti==
Light Dark

Dadong Guliang, Sosok Penyihir Sakti dalam Sejarah Desa Akah

👤 Ngurah Ambara | InfoDewataNews    ðŸ•’ Sabtu, Juni 07, 2025
Gambar Utama


Ilustrasi tokoh legenda Dadong Guliang yang dikenal dalam cerita masyarakat Desa Akah, Klungkung.Visual: AI Ambara/InfoDewataNews


INFODEWATANEWS.COM – Dalam sejarah lisan dan lontar Bali, ada banyak tokoh mistis yang diyakini pernah hidup dan memberi pengaruh kuat pada suatu wilayah. Salah satu sosok yang kisahnya masih hidup dan diceritakan turun-temurun di Desa Akah, Kabupaten Klungkung, adalah Dadong Guliang. Ia dikenal sebagai perempuan sakti yang memiliki ilmu supranatural tingkat tinggi, sekaligus meninggalkan jejak legenda yang mewarnai perjalanan Desa Pakraman Akah hingga kini.

Nama "Dadong Guliang" sendiri memiliki arti yang erat dengan identitas asal-usulnya. Dadong dalam bahasa Bali berarti nenek atau perempuan tua, sementara Guliang merujuk pada nama desa di Kabupaten Bangli, tempat beliau berasal. Meski dikenal sebagai sosok perempuan sakti, kehadiran Dadong Guliang dalam cerita rakyat Bali tidak hanya menonjolkan kesaktiannya, namun juga perjalanan spiritual, konflik, serta warisan mistis yang dipercaya masih terasa sampai sekarang.

Perjalanan Menuju Desa Akah

Menurut lontar dan cerita tua masyarakat setempat, Dadong Guliang meninggalkan kampung halamannya di Guliang, Bangli, karena suatu permasalahan yang tidak disebutkan secara rinci dalam sumber-sumber tradisi. Beliau kemudian melakukan perjalanan menuju wilayah Klungkung dan memilih tinggal di sebuah kawasan yang saat itu masih berupa lahan kosong, yang kini dikenal sebagai Banjar Sukaduka Hyangapi, Desa Akah.

Kedatangannya pada awalnya tidak menimbulkan kecurigaan, namun seiring waktu, kehadiran beliau mulai membawa perubahan besar bagi masyarakat sekitar. Sosok Dadong Guliang dikenal memiliki ilmu Kamoksan, sebuah kemampuan spiritual yang sangat tinggi dalam tradisi Hindu Bali, yaitu kemampuan melepas jiwa dan raga. Namun dalam kisah masyarakat, kemampuan tersebut dipadukan dengan ilmu hitam yang sangat kuat, sehingga menimbulkan rasa takut yang luar biasa.

Penyebaran Wabah dan Kepanikan Warga

Diceritakan bahwa kesaktian Dadong Guliang tidak tertandingi pada masa itu. Ia mampu menaklukkan para tokoh desa yang mencoba menentangnya. Tidak hanya itu, banyak warga kemudian mengalami penyakit misterius hingga menyebabkan kematian. Situasi tersebut menimbulkan kepanikan hebat, dan masyarakat di sekitar Banjar Hyanggapi memutuskan untuk mengungsi demi keselamatan.

Para penduduk Desa Akah menyebar ke berbagai banjar lain. Bahkan, rasa takut mereka begitu besar hingga memutuskan memindahkan Pura Dalem ke wilayah Banjar Pekandelan, Desa Akah. Lokasi pura lama kemudian menjadi area persawahan yang hingga kini dikenal sebagai Carik Dalem.


Meninggal Dunia, Namun Jejak Mistis Tetap Ada

Waktu berlalu, dan ajal akhirnya menjemput Dadong Guliang. Jenazahnya dimakamkan di tegalan milik keluarga Ketut Konten, di kawasan Banjar Hyangapi. Setelah kematiannya, warga yang sebelumnya mengungsi akhirnya mulai kembali ke tempat tinggal mereka.

Namun gangguan niskala diyakini masih terjadi. Untuk melindungi desa, para pemuka adat kemudian menanam lima batu keramat, yang dikenal sebagai Batu Pengancing Gumi atau Panca Watu, di lima titik yang mengelilingi Desa Pakraman Akah. Batu-batu tersebut berfungsi sebagai “dinding gaib” atau pagar spiritual untuk menahan kekuatan tak kasatmata peninggalan Dadong Guliang. Hingga kini, batu-batu tersebut masih ada dan dijaga keberadaannya.

Jejak yang Masih Dikenal Hingga Kini

Kuburan Dadong Guliang masih dipercaya memiliki dimensi spiritual yang kuat. Dalam budaya masyarakat setempat, ada tradisi unik terkait makam beliau. Jika seorang bayi tiba-tiba menangis tanpa henti dan sulit ditenangkan, orang tua biasanya datang mengambil sedikit tanah dari kuburan Dadong Guliang. Tanah tersebut kemudian dioleskan pada dahi bayi, dan diyakini mampu menenangkan tangisannya secara tiba-tiba.

Keyakinan ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh cerita Dadong Guliang dalam kehidupan masyarakat Desa Akah hingga hari ini. Bukan sekadar legenda, ia menjadi bagian dari identitas budaya lokal, sekaligus pengingat akan kisah spiritual, kepercayaan, dan kearifan masyarakat Bali dalam menghadapi fenomena gaib.

Di satu sisi, kisah ini menegaskan bahwa dalam budaya Bali, hubungan antara dunia sekala (nyata) dan niskala (gaib) selalu berjalan berdampingan. Sosok Dadong Guliang pun menjadi simbol bahwa sejarah lokal tidak hanya diwarnai heroisme, tetapi juga cerita misteri yang membangun karakter suatu daerah.

Penulis: Ngurah Ambara
Editor: Redaksi

0Komentar

Copyright© - INFODEWATANEWS.COM . Develop by Komunitas Ngranjing.
Tentang Kami | Perjalanan Kami | Makna Logo | Privasi | Syarat dan Ketentuan | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Redaksi | Kontak Kami