![]() |
Dua wanita berbusana adat duduk di atas ayunan kayu tradisional, didampingi dua pria di sisi kanan dan kirinya dalam suasana upacara adat. [Foto: kolomdesa.com] |
INFODEWATANEWS.COM, Karangasem – Pulau Bali dikenal luas bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena tradisi dan budaya yang masih terjaga hingga kini. Salah satu desa kuno yang masih teguh mempertahankan warisan leluhur adalah Desa Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. Desa yang termasuk kategori Bali Aga atau Bali Tua ini memiliki berbagai tradisi unik, salah satunya adalah permainan sakral meayunan, sebuah tradisi ayunan yang hanya dimainkan sekali dalam setahun.
Desa Tenganan dan Warisan Leluhur
Desa Tenganan kerap disebut sebagai salah satu desa adat tertua di Bali. Pola pemukiman desa ini masih mempertahankan tata ruang tradisional yang diwariskan turun-temurun. Tenganan juga tersohor sebagai satu-satunya desa penghasil kain gringsing, kain tenun ikat ganda yang diyakini memiliki kekuatan magis dan hanya bisa dibuat di sini.
Selain kain gringsing, daya tarik Desa Tenganan juga terletak pada tradisi adatnya yang sarat makna, salah satunya adalah perang pandan (mekaré-kare) yang sudah terkenal hingga ke mancanegara. Namun, selain perang pandan, ada pula permainan tradisional lain yang tidak kalah unik dan memiliki kedudukan sakral, yaitu tradisi meayunan.
Prosesi Meayunan
Tradisi meayunan hanya dilakukan setahun sekali, tepatnya pada rangkaian upacara adat Usabha Sambah. Upacara ini digelar pada bulan kelima dalam kalender adat Desa Tenganan, atau yang disebut Sasih Sambah. Bulan ini merupakan puncak berbagai kegiatan adat terbesar di desa tersebut.
0Komentar