TpOoBSG9TfCoGSd9TpY5GfC8Ti==
Light Dark

Makna Sakral Pura Dalem Puri Besakih: Simbol Surga, Neraka, dan Pengadilan Roh

👤 Ngurah Ambara | InfoDewataNews    ðŸ•’ Sabtu, Juni 07, 2025
Gambar Utama

  


Umat tampak khusyuk melaksanakan persembahyangan di Pura Dalem Puri Besakih, Karangasem. Suasana hening dan sakral menyelimuti areal pura, diiringi aroma dupa dan nyanyian kidung suci. menghadirkan nuansa spiritual yang mendalam menggambarkan keharmonisan antara manusia, alam, dan para dewata. Foto: Ambara / InfoDewataNews


INFODEWATANEWS.COM, Karangasem — Di balik kemegahan kompleks suci Pura Besakih di lereng Gunung Agung, terdapat sebuah pura yang menyimpan makna spiritual mendalam tentang perjalanan jiwa manusia setelah kematian. Pura tersebut dikenal sebagai Pura Dalem Puri, yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali.

Pura ini berada di bagian selatan Pura Penataran Agung Besakih dan memiliki peranan penting dalam konsepsi ajaran Siwa Sidhanta. Di sinilah divisualisasikan dua alam kehidupan setelah mati, yaitu Sorga (Surga) dan Neraka, yang menjadi cerminan dari Para Loka — dunia akherat dalam ajaran Hindu.

Pura Stana Dewi Durgha, Manifestasi Sakti Dewa Siwa

Pura Dalem Puri merupakan stana atau tempat bersemayamnya kekuatan magis religius (sakti) dari Dewa Siwa, yang dalam wujud feminin dikenal sebagai Dewi Uma atau Dewi Durgha. Dewi Durgha adalah aspek sakti Dewa Siwa dalam peran beliau sebagai penguasa kematian dan penyeimbang kekuatan hidup.

Karena itulah, posisi pintu masuk Pura Dalem Puri dibuat berhadapan langsung dengan pintu masuk Pura Penataran Agung, yang keduanya berbentuk Candi Bentar. Hal ini bukan kebetulan, melainkan simbol filosofi keseimbangan Rwa Bhineda antara hidup dan mati, terang dan gelap, serta surga dan neraka.

Jika Pura Penataran Agung Besakih menjadi pusat pemujaan Siwa dalam aspek kebesaran dan kesucian-Nya, maka Pura Dalem Puri menggambarkan sisi lain dari kekuatan ilahi — sebagai tempat penyucian jiwa dan pengadilan bagi roh yang meninggalkan raga.

Konsep Para Loka: Surga dan Neraka dalam Wujud Simbolik

Dalam ajaran Hindu yang tertuang dalam Sarasamuscaya, disebutkan bahwa alam akherat disebut Para Loka, yang terbagi menjadi dua: Sorga Loka (alam kebahagiaan) dan Naraka Loka (alam penderitaan). Kedua alam ini tidak dimaknai secara fisik, tetapi sebagai keadaan spiritual roh berdasarkan karma yang dikumpulkan selama hidup di dunia.

Pura Dalem Puri menggambarkan konsep ini secara simbolik. Bagian-bagian pura diatur sedemikian rupa untuk mencerminkan perjalanan roh dari alam penderitaan menuju pencerahan.

  • Utama Mandala (bagian terdalam pura) melambangkan Sorga, tempat roh mencapai kebahagiaan setelah melalui penyucian.
  • Madya Mandala menggambarkan alam pengadilan roh, tempat keputusan spiritual diambil berdasarkan karma yang dibawa.
  • Nista Mandala, area luar pura yang disebut Tegal Penangsaran, merupakan simbol Neraka, tempat roh menjalani penyucian atas dosa-dosanya.

Tegal Penangsaran: Simbol Neraka dan Pembersihan Dosa

Pada area Tegal Penangsaran, terdapat pelinggih khusus yang disebut Pelinggih Tegal Penangsaran. Di belakangnya tumbuh sebuah pohon besar bernama Taru Curiga, yang dipercaya sebagai simbol pohon di alam neraka pohon yang berbuah senjata tajam, melambangkan penderitaan bagi jiwa yang penuh dosa.

Tempat ini mengingatkan umat bahwa setiap perbuatan di dunia memiliki akibat (karmaphala). Tidak ada yang dapat melarikan diri dari hukum semesta. Namun, makna sejatinya bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk membangkitkan kesadaran agar manusia selalu berbuat dharma (kebaikan).

Prajapati dan Pengadilan Roh

Di Madya Mandala, terdapat Pelinggih Prajapati, tempat pemujaan Sang Hyang Yama Dipati, penguasa para roh dan penjaga hukum karma. Di sinilah secara simbolik roh yang telah meninggalkan jasadnya menghadapi pengadilan pertama untuk menentukan arah perjalanan selanjutnya — menuju surga atau neraka, tergantung amal dan dosa selama hidup di dunia.

Makna ini mengajarkan umat untuk menjalani hidup dengan kesadaran penuh bahwa setiap pikiran, ucapan, dan tindakan akan kembali kepada diri sendiri sesuai hukum sebab-akibat (karma wasana).


Titi Gonggang dan Bale Peangen-Angen: Jembatan Jiwa

Menariknya, di depan pintu masuk Utama Mandala terdapat dua pelinggih penting: Pelinggih Titi Gonggang dan Bale Peangen-angen.

  • Titi Gonggang digambarkan sebagai jembatan gantung yang terus bergoyang di atas jurang neraka, yang harus dilintasi roh setelah meninggalkan dunia fana. Hanya roh yang ringan dari dosa yang dapat melewatinya dengan mudah.
  • Bale Peangen-angen melambangkan tempat renungan jiwa — di mana roh merenungkan kembali perjalanan hidupnya sebelum mencapai kesadaran tertinggi.

Kedua pelinggih ini bukan sekadar arsitektur simbolik, melainkan refleksi perjalanan spiritual manusia dari kegelapan menuju pencerahan.

Makna Spiritualitas Pura Dalem Puri

Pura Dalem Puri mengajarkan umat manusia bahwa hidup dan mati hanyalah dua sisi dari satu perjalanan jiwa. Tidak ada surga tanpa neraka, tidak ada kebahagiaan tanpa pengorbanan, dan tidak ada pencerahan tanpa introspeksi.

Melalui simbol-simbol yang tersimpan di dalam pura ini, umat diingatkan agar selalu menjaga keseimbangan antara dunia lahiriah dan batiniah, antara sekala dan niskala.

Kunjungan ke Pura Dalem Puri bukan sekadar perjalanan wisata, tetapi ziarah rohani yang mengingatkan setiap jiwa tentang asal, tujuan, dan makna keberadaannya.

Penulis: Ngurah Ambara
Editor: Redaksi InfoDewataNews

0Komentar

Copyright© - INFODEWATANEWS.COM . Develop by Komunitas Ngranjing.
Tentang Kami | Perjalanan Kami | Makna Logo | Privasi | Syarat dan Ketentuan | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Redaksi | Kontak Kami