Video berdurasi kurang dari satu menit itu pertama kali diunggah oleh akun TikTok @jikman pada Minggu (13/7/2025). Dalam keterangan videonya tertulis, "Bali itu sakral brow… gara-gara melempar monyet di Monkey Forest Ubud Bali dengan sesuatu benda."
Tampak dalam video, pria berkaos hitam yang disebut sebagai seorang buruh bangunan, berjongkok di tengah kerumunan. Yang mengundang perhatian, ia menunjukkan perilaku ganjil, menggerakkan mulut seperti berbicara sendiri (komat-kamit), beberapa kali menjulurkan lidah, dan terlihat linglung seolah kehilangan kesadaran akan lingkungan di sekitarnya.
Menurut narasi yang beredar menyertai video tersebut, pria itu diduga sebelumnya melempari kawanan monyet di area Monkey Forest menggunakan benda tak dikenal. Tidak lama setelah aksi itu, ia langsung menunjukkan perilaku aneh, hingga harus didekati oleh beberapa orang di sekitar lokasi.
Peristiwa ini sontak menyita perhatian publik. Warganet ramai-ramai mengomentari dan mengecam tindakan pria tersebut. Banyak yang mengaitkan kejadian ini dengan unsur spiritual atau karma, mengingat lokasi Monkey Forest dikenal sebagai tempat suci bagi umat Hindu di Bali.Komentar demi komentar pun membanjiri unggahan tersebut:
“Monkey Forest itu tempat suci, jangan sembarangan, kena karma langsung itu!” – tulis seorang netizen.
“Mungkin itu peringatan, jangan macam-macam di tempat keramat,” sambung yang lain.
“Bali bukan cuma destinasi wisata, tapi juga tanah penuh energi spiritual. Hormati kalau nggak mau celaka sendiri,” tulis akun lainnya.
Hingga berita ini diturunkan, video tersebut telah dibagikan lebih dari 25 ribu kali dan mendapat lebih dari 3.600 komentar, mayoritas berisi peringatan kepada wisatawan dan masyarakat umum agar menjaga etika dan menghormati tempat-tempat sakral.
Monkey Forest Ubud bukan sekadar objek wisata dengan daya tarik monyet-monyet jinak dan hutan tropis. Di baliknya, terdapat situs pura kuno yang disucikan oleh masyarakat Hindu Bali. Monyet yang hidup di kawasan ini pun dipercaya sebagai bagian dari penjaga alam suci tersebut.
Secara filosofis, kawasan seperti Monkey Forest merupakan ruang spiritual yang dijaga tidak hanya oleh manusia, tetapi juga oleh kekuatan alam dan energi yang tidak kasat mata. Melakukan tindakan tidak pantas seperti mengganggu hewan, berkata kasar, atau merusak lingkungan, dipercaya dapat mengundang akibat buruk, baik secara fisik maupun spiritual.
Peristiwa ini menjadi pengingat keras bahwa Bali bukan hanya tempat liburan, tetapi juga pulau yang dijaga oleh adat, budaya, dan nilai-nilai spiritual yang tinggi. Tempat-tempat suci seperti Monkey Forest, Pura Besakih, Pura Lempuyang, dan lainnya bukan sekadar lokasi wisata, melainkan tempat yang harus dihormati.
Ingat, menghormati alam, hewan, dan tempat ibadah adalah bagian penting dari etika spiritual di Bali. Jangan sampai kunjungan Anda berubah menjadi pengalaman buruk karena tindakan sembrono. (*)
Penulis : Admin
0Komentar