![]() |
Remaja putri Indonesia duduk di taman sekolah dengan wajah bingung, simbol hati retak samar menggambarkan kisah putus nyambung. Visual AI: Ambara / InfoDewataNews |
INFODEWATANEWS.COM - Hubungan asmara di usia remaja sering kali terlihat penuh warna. Ada yang manis dan bikin semangat sekolah, tetapi ada juga yang diwarnai dengan drama kecil hingga berakhir dengan kata “putus”. Tidak jarang, hubungan yang sudah kandas justru kembali terjalin, lalu putus lagi, dan begitu seterusnya. Fenomena putus nyambung ini memang kerap dialami oleh banyak pasangan remaja.
Lalu, kenapa sih hubungan remaja sering seperti itu? Berikut beberapa alasannya.
1. Emosi yang Masih Labil
![]() |
Remaja putri menunjukkan ekspresi kesal sambil melipat tangan, sementara pasangannya kebingungan mencoba menenangkan. Visual AI: Ambara / InfoDewataNews |
Masa remaja adalah fase pencarian jati diri. Di usia ini, emosi belum sepenuhnya stabil sehingga mudah terbawa perasaan. Hal-hal kecil seperti telat balas chat, lupa mengucapkan selamat ulang tahun, atau cemburu karena teman lawan jenis bisa memicu pertengkaran.
Karena belum terbiasa mengendalikan emosi, banyak remaja yang lebih memilih mengakhiri hubungan ketimbang berdiskusi dengan tenang. Namun, setelah emosi reda, rasa kangen muncul dan akhirnya hubungan kembali dijalin.
2. Rasa Ingin Tahu dan Eksperimen
![]() |
Wajah malu-malu remaja putri saat pertama kali digenggam tangannya, melambangkan rasa penasaran di usia remaja. Visual AI: Ambara / InfoDewataNews |
Bagi banyak remaja, pacaran adalah pengalaman baru. Mereka ingin tahu bagaimana rasanya dicintai, diperhatikan, atau sekadar punya pasangan untuk diajak berbagi cerita. Karena sifatnya masih eksplorasi, hubungan sering dianggap sebagai “percobaan”.
Ketika ada masalah, remaja cenderung berpikir putus bukanlah akhir dunia. Mereka bisa mencoba lagi atau bahkan mencari pasangan lain. Akibatnya, hubungan jadi sering naik turun dan tidak stabil.
3. Pengaruh Lingkungan dan Teman Sebaya
![]() |
Remaja putri duduk di kantin bersama teman, terlihat dua sahabatnya ikut memberi saran soal hubungannya. Visual AI: Ambara / InfoDewataNews |
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pola pikir remaja. Kadang, teman sebaya bisa ikut campur dan memberi saran yang tidak selalu tepat. Misalnya, ada teman yang bilang, “Kalau dia cuek, mending putusin aja!” atau sebaliknya, “Udah balikan aja, kan kalian masih sayang.”
Tekanan sosial ini membuat hubungan remaja lebih rentan mengalami siklus putus nyambung, karena keputusan sering diambil bukan hanya berdasarkan hati sendiri, melainkan juga opini sekitar.
4. Kurangnya Komunikasi yang Matang
![]() |
Remaja putri menatap layar ponsel dengan kecewa karena pesannya tidak dibalas pasangan. Visual AI: Ambara / InfoDewataNews |
Komunikasi adalah kunci dalam setiap hubungan, termasuk di usia remaja. Sayangnya, banyak pasangan muda belum benar-benar bisa menyampaikan perasaan dengan jelas. Ada yang memilih diam saat marah, ada juga yang hanya menyindir lewat media sosial.
Kurangnya keterampilan berkomunikasi membuat masalah kecil bisa jadi besar. Putus pun dianggap solusi tercepat, padahal bisa diatasi dengan bicara baik-baik.
5. Fokus Masih Terbagi
![]() |
Remaja putri tampak sibuk belajar, sementara ponsel di sampingnya berkedip tanda pesan dari pacar. Visual AI: Ambara / InfoDewataNews |
Remaja umumnya masih memiliki banyak prioritas lain seperti sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, hobi, hingga persiapan masa depan. Hubungan asmara seringkali bukan prioritas utama, sehingga ketika ada konflik, mereka lebih memilih mengakhiri hubungan agar bisa fokus ke hal lain. Namun, karena rasa suka masih ada, akhirnya hubungan kembali dijalin.
6. Perasaan yang Cepat Berubah
![]() |
Remaja putri duduk di kamar dengan wajah bingung, memegang dua foto yang menggambarkan perubahan perasaan. Visual AI: Ambara / InfoDewataNews |
Masa remaja adalah masa ketika perasaan bisa berubah dengan cepat. Hari ini merasa sangat mencintai pasangan, tetapi besok bisa saja bosan atau tertarik dengan orang lain. Perasaan yang mudah berubah inilah yang membuat hubungan remaja cenderung tidak konsisten.
Jadi, Apa yang Bisa Dipelajari?
Putus nyambung dalam hubungan remaja sebenarnya adalah hal yang wajar terjadi. Dari situ, setiap orang belajar tentang arti komunikasi, kesabaran, hingga cara mengendalikan emosi.
Namun, penting juga untuk diingat bahwa hubungan yang sehat bukan sekadar soal pacaran, melainkan bagaimana dua orang saling mendukung, menghargai, dan tumbuh bersama. Jika hubungan justru membawa lebih banyak stres daripada kebahagiaan, mungkin sudah saatnya mengevaluasi apakah hubungan tersebut layak diteruskan atau tidak.
Fenomena putus nyambung di kalangan remaja menunjukkan bahwa cinta di usia muda masih dalam tahap pencarian. Tidak ada yang salah, selama setiap pengalaman dijadikan pelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa.
Jadi, kalau hubunganmu sering putus nyambung, jangan buru-buru minder atau merasa gagal. Bisa jadi itu bagian dari proses belajar memahami diri sendiri sekaligus belajar cara mencintai dengan lebih sehat.
🖋️ Penulis: Ngurah Ambara | InfoDewataNews
Penyuka tema hubungan remaja yang penuh warna, percaya bahwa putus nyambung adalah bagian dari proses belajar tentang cinta. Tulisan ini hadir untuk menemani kamu yang ingin memahami kenapa kisah asmara di usia muda sering terasa rumit tapi tetap indah dijalani.
0Komentar