INFODEWATANEWS.COM, Pekalongan – Media sosial TikTok sedang diramaikan dengan video unggahan akun @ramasahid yang menceritakan pengalamannya diusir dari sebuah hotel syariah di Pekalongan. Insiden yang diunggah pada 14/8/2025 itu langsung menjadi sorotan publik, salah satunya pada video berjudul “PART 2 – Oknum hotel kalah argumen, masih belum terima, saya malah diusir” yang telah ditonton lebih dari 24 juta kali Lebih dan dibanjiri lebih dari 28 ribu komentar serta 23 ribu dibagikan.
Kronologi Kejadian
Melalui akun TikTok-nya, Rama Sahid mengungkap bahwa ia memesan kamar lewat sebuah aplikasi pemesanan karena hotel tersebut berlabel syariah, harganya hemat, dan sedang ada promo murah. Menurut Rama, itu alasan utama ia memilih menginap di sana.
Namun, setelah tiba dan melakukan check-in, pihak hotel menginformasikan adanya biaya tambahan yang menurutnya tidak pernah tercantum sebelumnya di aplikasi.
Rama bersikeras dengan prinsipnya bahwa tidak boleh ada biaya tambahan sama sekali di luar harga yang telah dibayar di aplikasi. Perbedaan pandangan inilah yang memicu perdebatan panas di lokasi.
Dalam salah satu video berdurasi 2 menit 29 detik, terlihat seorang laki-laki mengenakan jaket hitam yang diduga dari pihak hotel mengetuk pintu dengan keras. Di sampingnya, seorang ibu berbaju kuning terlihat merekam kejadian dengan ponselnya. Suasana memanas ketika Rama mengatakan, “Saya merasa terancam ini… salah saya apa?”
Pihak hotel, melalui pria berjaket hitam tersebut, menegaskan bahwa tamu harus mematuhi peraturan yang berlaku, termasuk pembayaran biaya tambahan. “Kalau tidak mematuhi peraturan yang ada di sini, silakan keluar,” ucapnya.
Akhirnya, Rama memilih mengalah dan melakukan check-out meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB.
Ledakan Reaksi Netizen
Video tersebut memicu gelombang reaksi warganet di TikTok. Banyak yang mengecam tindakan pihak hotel dan mendukung sikap Rama. Sejumlah komentar yang membanjiri kolom Komentar di antaranya:
@totok: “Beklis Hotel Indonesia Pekalongan… arogan itu… ibu itu juga sinis gitu penjelasannya.”
@suyadidi7: “Inget Hotel Indonesia Pekalongan.”
@yosan: “Barusan liat di Google Maps Hotel Indonesia Pekalongan, liat ulasannya udah pada ngasih B1 aja. Cepet amat.”
@Yudha_Pang909: “Wahh… VIRALKAN Hotel Indonesia Pekalongan dan kedua oknum ini.”
Banyak warganet yang langsung mengecek ulasan di Google Maps dan menemukan rating rendah mulai bermunculan hanya beberapa jam setelah video viral. Sebagian menyerukan ajakan untuk memboikot hotel tersebut.
Tak sedikit warganet yang kemudian benar-benar memberikan ulasan buruk di Google Maps. Nama hotel bahkan menjadi bahan sindiran, salah satunya dijuluki “Hotel Ghoib Indonesia Pekalongan” sebagai bentuk protes terhadap layanan yang dinilai merugikan tamu.
Klarifikasi dari Pihak Hotel
Menanggapi viralnya video itu, pihak Hotel Indonesia Pekalongan melalui akun TikTok resminya @hotelindonesiapekalongan memberikan klarifikasi. Mereka menjelaskan bahwa harga kamar di aplikasi memang tercantum Rp150.000, namun sesuai kebijakan hotel terdapat biaya tambahan sebesar Rp10.224 yang berlaku untuk setiap pemesanan.
Pihak hotel juga menegaskan bahwa informasi mengenai biaya tambahan telah ada di meja Front Office (FO), sehingga tamu bisa melihatnya saat check-in. Selain itu, mereka mengaku sudah meminta pihak penyedia aplikasi pemesanan hotel untuk menyesuaikan tarif di aplikasi dengan biaya tambahan tersebut agar lebih transparan bagi calon tamu.
Manajemen menyebut bahwa biaya tersebut telah disampaikan kepada tamu saat check-in. Namun, pihak tamu menolak membayar karena merasa tidak diinformasikan sejak awal di aplikasi. Perbedaan pemahaman inilah yang akhirnya memicu ketegangan.
Pihak hotel menegaskan tidak ada maksud bersikap kasar. Mereka meminta maaf jika kejadian itu membuat tamu merasa tidak nyaman dan berharap hal ini menjadi pelajaran bagi kedua belah pihak.
Banjir Rating Rendah
Meski klarifikasi sudah disampaikan, warganet tetap ramai-ramai menyerbu halaman Google Maps hotel tersebut. Banyak yang memberikan bintang satu sebagai bentuk protes, disertai komentar bernada sindiran. Tangkapan layar rating rendah itu pun kembali dibagikan di berbagai platform media sosial, memperluas jangkauan viralnya peristiwa ini.
Beberapa komentar bahkan mengaitkan kejadian ini dengan pentingnya transparansi harga di industri perhotelan. “Kalau memang ada biaya tambahan, tulis jelas di depan, jangan bikin tamu kaget pas check-in,” tulis seorang pengguna.
Ada pula yang menyarankan konsumen untuk lebih teliti membaca syarat dan ketentuan di aplikasi pemesanan hotel agar kejadian serupa tidak terulang.
Sorotan Publik
Kasus ini menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial. Banyak pihak menilai peristiwa ini sebagai bukti bahwa transparansi informasi harga sangat penting di industri perhotelan. Tamu harus mendapatkan informasi jelas mengenai seluruh biaya sebelum menginap, dan pihak hotel perlu memastikan informasi itu tercantum di aplikasi pemesanan.
Sejumlah warganet juga mendesak platform pemesanan hotel untuk lebih tegas mengawasi mitra agar biaya tambahan diinformasikan secara jelas di deskripsi.
Kasus ini menjadi contoh bagaimana satu insiden yang direkam dan diunggah ke media sosial dapat dengan cepat memengaruhi reputasi sebuah bisnis. Hanya dalam hitungan jam, ulasan dan rating sebuah hotel bisa berubah drastis akibat aksi kolektif warganet.
Beberapa warganet menilai bahwa peristiwa ini menunjukkan besarnya kekuatan konsumen di era digital. Ulasan online kini dianggap sama kuatnya dengan rekomendasi dari mulut ke mulut. Sekali sebuah kejadian viral, dampaknya bisa bertahan lama dan memengaruhi reputasi suatu bisnis dalam jangka panjang.
Bagi hotel dan pelaku usaha lainnya, transparansi harga dan pelayanan yang ramah menjadi kunci untuk menghindari potensi krisis serupa. Sementara itu, bagi konsumen, kehati-hatian saat membaca detail pemesanan di aplikasi juga menjadi pelajaran penting.
0Komentar