INFODEWATANEWS.COM, Klungkung, Nusa Penida – Pulau Nusa Penida bukan hanya dikenal sebagai surga wisata bahari, tetapi juga menyimpan kisah sakral tentang asal-usulnya. Di balik keindahan pasir putih dan laut birunya, tersimpan legenda lima tokoh suci yang menjadi fondasi spiritual terbentuknya pulau ini. Kisah mereka tertulis dalam babad dan lontar kuno seperti Pidarta Dukuh Jumpungan, Kandaning Palalu Renggan, dan Panugrahan Ratu Mecaling yang hingga kini dijaga oleh para pemangku dan masyarakat adat Nusa Penida.
Legenda ini bukan sekadar cerita, melainkan cerminan hubungan antara manusia, dewa, dan alam semesta. Lima tokoh sakti yang dipercaya menjadi pelopor berdirinya Nusa Penida adalah Ki Dukuh Jumpungan, I Merja, I Renggan, Ida Dalem Sawang, dan I Gede Mecaling.
1. Ki Dukuh Jumpungan – Manifestasi Dewa Siwa di Bumi
Dikisahkan Dewa Siwa dan Dewi Uma turun ke bumi, tepatnya di Gunung Mundhi (kini dikenal sebagai Puncak Mundi), dalam wujud manusia. Dewa Siwa menjelma menjadi Ki Dukuh Jumpungan, dan Dewi Uma menjadi istrinya, Ni Puri. Dari sinilah awal mula kehidupan manusia di Nusa Penida dimulai.
Pada masa itu, pulau ini disebut Manusa Pandita — yang berarti manusia suci. Lama kelamaan, sebutan itu berubah menjadi Nusa Pandita, lalu menjadi Nusa Penida. Ki Dukuh Jumpungan mendirikan pemukiman pertama di Desa Rata dan membangun pesraman di puncak gunung untuk memuja Sang Hyang Widhi.
Dengan kesaktian dan yoga semedinya, beliau menciptakan perahu gaib yang menjadi simbol kekuatan spiritual dan penguasa samudra. Setelah menuntaskan tugas sucinya, Ki Dukuh Jumpungan moksha di Puncak Mundi, sedangkan Ni Puri moksha di Batu Melawang. Kedua tempat ini kini menjadi pura yang disucikan dan menjadi tujuan spiritual umat Hindu Bali.
2. I Merja – Sang Penjaga Kerahayuan Alam
Dari perkawinan suci Ki Dukuh Jumpungan dan Ni Puri lahirlah seorang putra bernama I Merja. Berbeda dengan ayahnya yang berjiwa pelaut, I Merja lebih mencintai tapa semadi dan kehidupan spiritual. Ia menikah dengan Ni Luna dari Indra Loka, dan dari pernikahan itu lahirlah seorang putra bernama I Renggan.
I Merja dikenal sebagai sosok yang penuh welas asih dan penjaga keseimbangan alam. Ia moksha di Batu Beya, dan istrinya, Ni Luna, moksha di Batu Banglas, di mana kini berdiri Pura Batu Banglas sebagai tempat pemujaan Ida Ni Luna.
3. I Renggan – Sang Penakluk Samudra
I Renggan mewarisi kesaktian luar biasa dari kakeknya, Ki Dukuh Jumpungan. Ia gemar berlayar dan memiliki perahu sakti peninggalan leluhurnya. Namun, kesaktiannya membuatnya menjadi sombong. Dikisahkan, dalam pelayaran sakralnya, ia menabrakkan perahu ke Pulau Nusa Penida hingga terpecah menjadi dua — Nusa Gede dan Nusa Cenik (Nusa Lembongan).
Kesombongan itu membuatnya dihukum oleh Ida Hyang Toh Langkir, penguasa Gunung Agung. Perahunya hancur dan layarnya jatuh memisahkan Nusa Cenik dan Nusa Ceningan. I Renggan moksha di daerah Bakung (kini berdiri Pura Bakung), sedangkan istrinya, Ni Merahim, moksha di Bodong dan disucikan di Pura Dalem Bungkut.
4. Ida Dalem Sawang – Penguasa Nusa Gede
Ida Dalem Sawang adalah raja sakti di Nusa Gede, keturunan dari Dewi Rohini — saudari Ni Luna. Setelah perahu sakti I Renggan hancur, sebagian pengikutnya melarikan diri ke Nusa Gede dan membawa potongan kayu kapal. Karena murka melihat pengkhianatan itu, Ida Dalem Sawang memohon anugerah kepada Dewi Durga untuk mengutuk mereka menjadi pasukan gaib penjaga pulau.
Potongan kayu kapal itu pun berubah menjadi pohon keramat yang hingga kini masih dijaga dan dipercaya memiliki daya magis tinggi. Ida Dalem Sawang kemudian moksha dan menjadi salah satu pelindung tak kasatmata Nusa Gede.
5. I Gede Mecaling – Penguasa Alam Gaib Nusa Penida
![]() |
| Ilustrasi I Gede Mecaling, raja sakti Nusa Penida, berdiri gagah di depan Pura Dalem Ped dengan aura mistis dan cahaya spiritual yang menyelubungi tubuhnya. Visual AI Ambara / InfoDewataNews. |
Putra dari I Renggan dan Ni Merahim, I Gede Mecaling, dikenal sebagai sosok paling sakti dan berpengaruh dalam sejarah mistis Nusa Penida. Sejak muda ia gemar melakukan tapa semadi dan memperoleh anugerah Kanda Sanga dari Dewa Siwa. Tubuhnya berubah—wajahnya menyeramkan, suaranya menggelegar, dan ia disegani oleh manusia maupun para dewa.
Namun, berkat intervensi Dewa Indra, taringnya dipotong agar kembali ke wujud manusia. Setelah itu, I Gede Mecaling dianugerahi Panca Taksu oleh Dewa Rudra yakni taksu kesaktian, balian, penggeger, penolak grubuk, dan kemeranaan.
Ia kemudian menjadi Raja Nusa Penida bergelar Papak Poleng, memimpin 1.500 pasukan gaib yang setia padanya. I Gede Mecaling moksha di sebuah pura yang kini dikenal sebagai Pura Dalem Ped, pusat pemujaan spiritual dan permohonan keselamatan secara niskala bagi umat di seluruh Bali.
Setelah moksha, beliau dikenal dan dipuja dengan gelar Ratu Gede Mas Mecaling, sosok agung yang dipercaya menjaga keseimbangan antara alam sekala dan niskala. Karena kekuatan gaib dan kesaktian beliau, Pulau Nusa Penida dipandang sebagai tempat suci yang dipenuhi aura mistis dan spiritual yang sangat kuat.
Para balian, penekun spiritual, serta masyarakat dari berbagai penjuru Bali datang memohon anugerah, kewibawaan, serta perlindungan di Pura Dalem Ped, memuja Ratu Gede Mas Mecaling sebagai penjaga jagat Bali.
Nusa Penida bukan sekadar pulau wisata. Di balik setiap debur ombak dan tebing karang, tersimpan kisah sakral para leluhur yang membentuk jati diri spiritual Bali. Lima tokoh sakti ini menjadi simbol keseimbangan antara kekuatan alam, kesucian jiwa, dan kebijaksanaan ilahi—yang hingga kini tetap dijaga melalui ritual dan yadnya di setiap pura suci.
🕉️ Editor: Redaksi InfoDewataNews






0Komentar