TpOoBSG9TfCoGSd9TpY5GfC8Ti==
Light Dark

Tari Topeng Sidakarya, Pemuput Karya yang Menyempurnakan Upacara Yadnya Bali

👤 Ngurah Ambara | InfoDewataNews    ðŸ•’ Selasa, November 25, 2025
Gambar Utama

Penari Topeng Sidakarya saat membawakan prosesi pemuput karya dalam upacara yadnya. Ist/InfoDewataNews.

INFODEWATANEWS.COM – Di antara ragam warisan seni sakral yang tumbuh dalam tradisi Bali, Tari Topeng Sidakarya menempati posisi yang sangat istimewa. Tarian ini bahkan termasuk dalam sembilan tari Bali yang ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda pada 2 September 2015—sebuah pengakuan dunia atas nilai spiritual dan estetika yang dikandungnya.

Lebih dari sekadar pertunjukan, Tari Topeng Sidakarya adalah bagian dari laku spiritual umat Hindu Bali. Kehadirannya diyakini sebagai pemuput karya, penentu apakah sebuah upacara yadnya telah berlangsung gelanggang, tuntas, dan diberkahi restu secara sekala maupun niskala. Dari sinilah tarian ini memperoleh kedudukan sebagai unsur wajib dalam prosesi suci, simbol penyempurna yang mengharmoniskan seluruh rangkaian upacara.

Makna Nama dan Pementasan Tari Topeng Sidakarya

Makna Tari Topeng Sidakarya sangat dalam dan mencerminkan filosofi sakral dalam tradisi Hindu Bali. Nama Topeng Sidakarya sendiri tersusun dari dua unsur yang memiliki nilai simbolik penting. Kata topeng berasal dari akar kata tup, yang berarti “tutup”—penanda bahwa tarian ini berfungsi sebagai penyempurna atau penutup dari sebuah prosesi. Sementara itu, kata Sidakarya terbentuk dari dua kata: sida yang berarti tercapai, tuntas, atau berhasil, dan karya yang bermakna pekerjaan, upacara, atau tugas suci.

Jika digabungkan, Sidakarya bermakna karya yang berhasil mencapai tujuannya—sebuah upacara yang selesai dengan sempurna dan mendapatkan restu baik secara sekala maupun niskala. Karena itu, Tari Topeng Sidakarya tidak sekadar menjadi bagian dari pertunjukan topeng, tetapi menjadi simbol pamuput karya: penanda bahwa yadnya telah berlangsung gelanggang, tuntas, dan selaras dengan tujuan suci yang diharapkan. Ia menegaskan bahwa segala kekurangan telah disempurnakan, energi upacara telah dipenuhi, dan rangkaian prosesi mendapat pengesahan spiritual.

Dalam pementasannya, Tari Topeng Sidakarya tidak tampil sendiri. Ia selalu didahului oleh sejumlah tokoh topeng lainnya dalam alur dramatari sakral, seperti Topeng Keras, Penasar, Prembon, Topeng Tua, hingga Bebondresan. Kehadiran tokoh-tokoh ini menjadi persiapan menuju kemunculan Sidakarya sebagai klimaks pertunjukan—penutup suci yang memastikan seluruh rangkaian upacara mencapai titik sempurnanya.

Lebih jauh, prosesi penariannya melibatkan banten wajib bernama banten sayut sidakarya sebagai syarat kesucian dan kelayakan menurut tatanan niskala. Penari membawa bokoran berisi canang sari, dupa, beras kuning, dan sekar rura—unsur-unsur sakral yang tidak terpisahkan dari ritual pementasan. Setiap unsur memiliki makna mendalam:

Penebaran Beras Kuning

Beras kuning melambangkan kemurnian, penyucian, dan perlindungan. Penebarannya berfungsi menetralisir buta kala, energi negatif yang diyakini dapat mengganggu kehidupan manusia. Melalui prosesi ini, masyarakat memohon kedamaian, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup.

Pemberian Uang Kepeng

Uang kepeng menjadi simbol siklus kehidupan yang tidak pernah berhenti: lahir, tumbuh, dewasa, tua, mati, dan lahir kembali. Dalam pementasan, uang kepeng menjadi wujud punia—ungkapan syukur—serta pengingat bahwa kehidupan terus bergerak mengikuti hukum alam seperti rwa bhineda dan panca maha bhuta.

Penebaran Sekar Rura

Bagian penutup pementasan ditandai penebaran sekar rura sebagai persembahan kepada unsur buta kala. Tindakan ini bermakna pelunakan energi negatif agar menjadi harmonis, memastikan upacara yadnya berjalan lancar dan tuntas baik secara sekala maupun niskala.

Seluruh rangkaian ini menunjukkan bahwa Tari Topeng Sidakarya bukan sekadar karya seni, melainkan sebuah laku spiritual. Setiap gerakan, taburan, dan persembahan memiliki tujuan jelas: mengharmoniskan alam sekala dan niskala serta menegaskan bahwa yadnya yang digelar benar-benar sida—berhasil, tuntas, dan diberkahi.

Sebuah Laku Spiritual, Bukan Sekadar Tontonan

Seluruh rangkaian Tari Topeng Sidakarya menunjukkan bahwa ia bukan sekadar pertunjukan, melainkan laku spiritual yang mendalam. Setiap gerakan, setiap taburan, setiap simbol yang dibawa penari memiliki satu tujuan: menyempurnakan yadnya dan mengharmoniskan alam sekala-niskala.

Kehadiran Sidakarya adalah doa yang diwujudkan dalam gerak, persembahan yang diwujudkan dalam simbol, dan restu yang diwujudkan dalam pementasan. Ketika ia muncul, masyarakat percaya bahwa seluruh proses ritual telah mendapat pengesahan, lengkap, dan benar-benar sida, berhasil dalam makna yang sesungguhnya.

Topeng Sidakarya adalah warisan leluhur yang dijaga turun-temurun. Ia adalah roh pemuput, penjaga kesucian, sekaligus saksi bahwa yadnya telah tuntas. Dalam setiap gerakannya, tersirat pesan bahwa manusia harus bekerja dengan hati bersih, menjaga keseimbangan, dan menutup setiap karya dengan rasa syukur.

Penulis : Ngurah Ambara
Editor : Redaksi InfoDewataNews




0Komentar

Copyright© - INFODEWATANEWS.COM . Develop by Komunitas Ngranjing.
Tentang Kami | Perjalanan Kami | Makna Logo | Privasi | Syarat dan Ketentuan | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Redaksi | Kontak Kami