TpOoBSG9TfCoGSd9TpY5GfC8Ti==
Light Dark

Tradisi Omed-Omedan, Warisan Budaya Unik di Desa Sesetan Denpasar

👤 Ngurah Ambara | InfoDewataNews    ðŸ•’ Senin, Juni 09, 2025
Gambar Utama


Peserta Omed-omedan saling berpelukan dan disiram air, disaksikan warga serta wisatawan yang memenuhi jalan desa. Foto :  HumasDps /InfoDewataNews. 

INFODEWATANEWS.COM, Denpasar – Pulau Bali dikenal kaya akan tradisi dan budaya yang unik. Salah satunya adalah tradisi Omed-omedan, sebuah acara adat yang setiap tahun diselenggarakan di Desa Sesetan, Denpasar, sehari setelah Hari Raya Nyepi atau tepat pada Ngembak Gni. Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dan selalu berhasil menarik perhatian warga maupun wisatawan.

Omed-omedan berasal dari kata dalam bahasa Bali yang berarti tarik-menarik. Acara ini melibatkan pemuda-pemudi desa berusia 17–30 tahun yang belum menikah. Mereka terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok laki-laki dan perempuan, yang kemudian berhadapan di pelataran pura. Tradisi ini sering disebut sebagai ritual peluk, cium, siram, lalu tarik. Meski terdengar sederhana, makna yang terkandung di dalamnya sangat mendalam.

Sebelum dimulai, seluruh peserta mengikuti sembahyang bersama di pura sebagai bentuk memohon keselamatan. Setelah itu, ditampilkan pementasan Barong Bangkung Jantan dan Betina sebagai simbolisasi pengusir bala. Barulah setelah prosesi adat selesai, para pemuda dan pemudi bersiap untuk omed-omedan.

Alunan gamelan khas Bali menjadi pengiring jalannya acara. Sesepuh desa memberikan aba-aba, kemudian peserta di barisan depan maju untuk saling berpelukan (gelut), berciuman singkat (diman), lalu disiram air (siam), sementara peserta lain ikut menarik-narik (ngedengin). Air yang disiram biasanya membuat suasana semakin riuh dan penuh tawa. Penonton yang memadati jalan desa ikut bersorak menyaksikan keseruan ritual ini.

Di balik suasana meriah, omed-omedan mengandung filosofi penting, yaitu nilai Asah, Asih, dan Asuh. Asah berarti saling mengingatkan, Asih berarti saling mengasihi, dan Asuh berarti saling melindungi. Nilai-nilai ini menjadi dasar kehidupan sosial masyarakat Bali yang menjunjung tinggi kebersamaan dan persaudaraan.

Sejarah omed-omedan diyakini berasal dari zaman Kerajaan Puri Oka di Denpasar Selatan. Konon, warga kala itu sering melakukan permainan tarik-menarik setelah Nyepi. Suatu ketika, suara gaduh permainan ini membuat Raja yang sedang sakit menjadi terganggu. Namun, saat Sang Raja melihat langsung, ia justru merasa senang dan kesehatannya membaik. Sejak saat itu, omed-omedan diwajibkan digelar setiap tahun sebagai ungkapan syukur sekaligus tradisi yang dipercaya membawa berkah.

Tradisi ini pernah sempat dihentikan oleh warga. Namun, tak lama setelah itu, terjadi kejadian aneh, yakni dua ekor babi berkelahi di pelataran pura. Peristiwa tersebut dianggap sebagai pertanda buruk, sehingga masyarakat Desa Sesetan kembali melaksanakan omed-omedan hingga sekarang.

Setiap pelaksanaan omed-omedan, suasana Desa Sesetan selalu semarak. Jalan desa dipenuhi warga lokal maupun wisatawan yang penasaran. Mereka menyaksikan dengan antusias bagaimana pemuda-pemudi desa bergantian mengikuti prosesi. Air yang tercurah membuat para peserta basah kuyup, namun hal itu justru menambah keseruan. Tawa, sorak, dan teriakan penonton menjadikan suasana semakin hangat.

Selain menjadi media pelestarian budaya, tradisi ini juga memberi dampak positif bagi desa. Kehadiran wisatawan domestik maupun mancanegara setiap tahun membuat Desa Sesetan semakin dikenal luas. Tidak sedikit wisatawan yang menjadikan momen omed-omedan sebagai pengalaman berharga sekaligus objek fotografi yang menarik.

Kini, omed-omedan bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Desa Sesetan. Generasi muda setempat pun terus dilibatkan agar tradisi ini tidak hilang ditelan zaman. Dengan demikian, nilai kebersamaan dan persaudaraan yang terkandung di dalamnya dapat terus diwariskan kepada anak cucu.

Tradisi unik dan penuh tawa ini menjadi bukti bahwa Bali tidak hanya kaya akan panorama alam, tetapi juga memiliki kekayaan budaya yang tiada duanya. Omed-omedan terus menjadi daya tarik sekaligus pengingat bahwa kebersamaan, kasih sayang, dan gotong royong adalah warisan berharga yang patut dijaga.

0Komentar

Copyright© - INFODEWATANEWS.COM . Develop by Komunitas Ngranjing.
Tentang Kami | Perjalanan Kami | Makna Logo | Privasi | Syarat dan Ketentuan | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Redaksi | Kontak Kami