TpOoBSG9TfCoGSd9TpY5GfC8Ti==
Light Dark

Bali Hadapi “Kiamat Sampah”: Prof Kartini Serukan Aksi, Tegalalang–Tampaksiring Bergerak

Gambar Utama
Ket. Foto: Sosialisasi pengelolaan sampah berbasis sumber di Kantor Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar. (ist). 


INFODEWATANEWS.COM, GIANYAR – Semangat kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi persoalan sampah terus diperkuat. Kali ini, Kecamatan Tegalalang dan Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, menjadi lokasi strategis dalam penguatan program Pembatasan Sampah Berbasis Sumber (PSBS) melalui kegiatan sosialisasi dan konsolidasi yang digelar bersama lintas elemen di Wantilan Pura Dalem Kauh, Desa Tegalalang, Kecamatan Tegalalang, yang kemudian dilanjutkan di Kantor Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Jumat (25/7).

Kegiatan ini dihadiri oleh Prof. Dr. Ni Luh Kartini, anggota Tim Kerja PSBS Provinsi Bali, yang hadir sebagai narasumber utama. Turut hadir Sekretaris I TP PKK Kabupaten Gianyar, Ny. Diana Dewi Agung Mayun, Camat Tegalalang dan unsur Forkopimcam, Kepala Dinas PMD Provinsi Bali, Ketua TP PKK desa se-Kecamatan Tegalalang, serta perwakilan PAKIS Tegalalang.

Dalam arahannya, Prof. Dr. Ni Luh Kartini menyampaikan bahwa dunia kini menghadapi kondisi darurat sampah yang sangat kritis.

“Kita bukan lagi menghadapi darurat sampah, ini sudah masuk pada tahap kiamat sampah. Sampah telah menjadi isu global, dan kita tidak bisa bergantung pada sistem TPA seperti di Suwung yang belum juga tuntas,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan pentingnya pelaksanaan regulasi seperti Pergub Bali No. 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Plastik Sekali Pakai, Pergub Bali No. 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber, serta SE Gubernur Bali No. 29 Tahun 2025 tentang Penegakan Pengelolaan Sampah di Wilayah Bali.

Prof. Kartini mengingatkan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya kegiatan fisik, tetapi juga gerakan moral yang menyangkut kelangsungan hidup generasi mendatang.

“Kandungan logam berat dari plastik bisa berdampak serius pada tumbuh kembang anak-anak kita. Ini soal keadilan antargenerasi,” ungkapnya.

Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat, dari orang tua, pendidik, hingga pemerintah untuk bersatu dalam menciptakan perubahan.

“Mari libatkan guru rupaka, guru pengajian, dan guru wisesa. Hanya dengan sinergi kita bisa membangun budaya sadar lingkungan,” ujarnya.

Dalam penutupnya, Prof. Kartini menekankan beberapa langkah konkret, yaitu pengelolaan sampah dari sumbernya, di mana sampah organik dipilah dan diolah melalui teba di belakang rumah, teba modern, atau tong komposter. Sementara itu, sampah anorganik dikumpulkan ke TPS3R untuk didaur ulang, dan sampah residu menjadi tanggung jawab pengelolaan oleh pemerintah.

Prof. Kartini juga mengajak masyarakat untuk menghentikan penggunaan plastik sekali pakai dalam segala bentuk, termasuk dalam kegiatan rapat, upacara, maupun perayaan adat.

“Mari kita lakukan ini bukan karena perintah, tetapi karena cinta pada Ibu Pertiwi. Kita wariskan bumi yang sehat untuk generasi selanjutnya,” pungkasnya penuh harap.

Sementara itu, Camat Tegalalang, Wayan Ari Trisna Handayani, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kecamatan Tegalalang telah melangkah nyata dalam mewujudkan pengelolaan sampah dari hulu.

“Berkat arahan dan dukungan Pemerintah Kabupaten Gianyar, kami di Tegalalang sudah memiliki 4 unit TPS3R dan 1 rumah kompos yang aktif beroperasi,” ujarnya.

Ia menjelaskan, dari 7 desa di wilayahnya, hanya satu yang belum memiliki TPS3R karena terkendala lahan. Meski demikian, pengelolaan sampah berbasis sumber telah dijalankan dengan baik di berbagai sektor, termasuk sekolah, kantor pemerintahan, dan rumah tangga.

“Warga kami telah memiliki jadwal pengangkutan sampah secara rutin, dan kami tegaskan bahwa sampah yang belum dipilah tidak akan diangkut. Ini bagian dari komitmen kami untuk menanamkan kesadaran sejak dari rumah,” tambahnya.

Di tingkat rumah tangga, lanjut Bu Camat, masyarakat didorong untuk memiliki teba mandiri.

“Bagi warga yang tidak memiliki lahan, kami fasilitasi melalui pembangunan teba modern berbentuk buis. Saat ini, dua unit sudah mulai dibangun dengan dukungan dari Pemkab Gianyar,” jelasnya.

Senada dengan Camat Tegalalang, Camat Tampaksiring, I Wayan Eka Mulya Adi Putra, menyampaikan bahwa masalah sampah saat ini menjadi tantangan serius hampir di seluruh wilayah, termasuk di Kecamatan Tampaksiring. Permasalahan ini bukan hanya terjadi karena tingginya volume sampah yang dihasilkan masyarakat, tetapi juga karena keterbatasan kapasitas infrastruktur yang tersedia. Bahkan, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Temesi yang selama ini menjadi andalan kini sudah dalam kondisi hampir penuh atau overload.

Untuk itu, sosialisasi pengelolaan sampah berbasis sumber, yakni mulai dari rumah tangga dan komunitas menjadi sangat penting. Ini sekaligus menjadi bukti bahwa Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Gianyar sangat serius dan konsisten dalam menangani isu persampahan.

Namun, keberhasilan upaya ini tentu tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah. Kita semua, sebagai warga masyarakat, harus ikut mengambil bagian. Dibutuhkan dukungan dari seluruh elemen, baik itu individu, keluarga, komunitas, hingga lembaga untuk terus mengampanyekan pengelolaan sampah yang bijak dan berkelanjutan.

“Semoga melalui kegiatan ini, kita semua semakin tergugah dan terbangkitkan rasa jengah terhadap sampah, sehingga mampu memulai pengelolaan sampah dari lingkungan rumah masing-masing,” ucapnya. (*). 

0Komentar

Copyright© - INFODEWATANEWS.COM . Develop by Komunitas Ngranjing.
Tentang Kami | Perjalanan Kami | Makna Logo | Privasi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Redaksi | Kontak Kami