![]() |
Pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali Foto anipict |
INFODEWATANEWS.COM, Denpasar - Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII terus memanjakan masyarakat dan wisatawan dengan beragam sajian seni budaya yang memikat. Sabtu, 12 Juli 2025, deretan pertunjukan mulai dari dramatari inovatif hingga parade Gong Kebyar Dewasa digelar di berbagai panggung di Taman Budaya Bali (Art Centre) Denpasar.
Pagi hari pukul 11.00 WITA, Kalangan Ratna Kanda menghadirkan dramatari inovatif “Pegatwakan” dari Sanggar Seni Hana Syankhara, Banjar Talanga, Darmasaba, Abiansemal, Badung. Pertunjukan ini mengawali rangkaian hari dengan nuansa modern dalam balutan tradisi.
Dilanjutkan pada pukul 14.00 WITA di Kalangan Angsoka, Fragmentari “Ameng-amengan Jagat” dibawakan oleh Sanggar Seni Tari dan Tabuh Wimala Kerthi dari Desa Gunaksa, Klungkung. Pentas ini menggambarkan harmoni dan tantangan kehidupan jagat Bali dalam bentuk pertunjukan fragmen cerita penuh estetika.
Sore pukul 17.00 WITA, kawasan seputaran Taman Budaya bergemuruh dengan Parade Nglawang oleh Sanggar Seni Tindak Alit dari Banjar Sengguan, Sempidi, Mengwi, mewakili Kabupaten Badung. Pawai ini menjadi magnet perhatian pengunjung dengan kostum tradisional magis yang menghiasi jalanan.
Malam hari berlangsung tiga pentas megah secara bersamaan pukul 20.00 WITA:
Di Gedung Ksirarnawa, digelar Bali World Culture Celebration (BWCC), menghadirkan pertunjukan lintas budaya bertajuk Watugunung // Å’dipe oleh Sanggar Seni Satriya Lelana, Batuan, Gianyar. Dimeriahkan juga oleh pameran dan simposium bersama I Wayan Budiarsa, Nik Suasti, dan Gabriel Laufer, kolaborasi dengan Museum Pasifika dan BCA.
Di Kalangan Ayodya, pecinta seni tradisi dapat menyaksikan Drama Gong Tradisi dari Sanggar Seni Sekar Hati, Banjar Bukit Batu, Samplangan, Gianyar.
Sementara di Panggung Terbuka Ardha Candra, digelar Parade Gong Kebyar Dewasa yang menampilkan:
- Sanggar Seni Siman Art, Banjar Lumbuan, Desa Sulahan, Susut, Bangli
- Sekaa Gong Wana Giri Asri, Banjar Siig, Desa Manggis, Karangasem
Antusiasme masyarakat terus membuktikan bahwa PKB bukan sekadar festival tahunan, tapi panggung pelestarian budaya yang hidup dan berkembang. (*).
0Komentar