![]() |
| Pura Rambut Siwi di Jembrana, dengan pelinggih dan gapura khas Bali, menjadi saksi perjalanan spiritual Dang Hyang Nirartha. Foto : Ist /InfoDewataNews. |
INFODEWATANEWS.COM - Pura Rambut Siwi adalah salah satu pura Dang Kahyangan Jagat yang terletak di Kabupaten Jembrana, Bali. Keberadaannya sangat penting bagi masyarakat Bali, khususnya umat Hindu, karena pura ini berkaitan erat dengan perjalanan suci Dang Hyang Nirartha atau Dang Hyang Dwijendra, seorang pendeta suci dari Tanah Jawa yang berjasa besar dalam pengembangan ajaran Hindu di Bali.
Pura ini berada di atas tebing di pesisir selatan Jembrana dengan latar pemandangan Samudera Hindia yang luas. Suasananya yang tenang, indah, dan penuh aura spiritual membuat pura ini menjadi salah satu tempat persembahyangan yang istimewa .
Menurut lontar Dwijendra Tatwa, setelah beberapa lama tinggal di Gelgel, Dang Hyang Nirartha melanjutkan perjalanan spiritualnya menuju barat dengan menyusuri garis pantai selatan Bali. Perjalanan ini merupakan salah satu bagian penting dari dharma yatra beliau dalam menyebarkan ajaran agama dan menuntun masyarakat menuju kehidupan yang lebih harmonis. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, beliau tiba di sebuah parahyangan yang letaknya tepat di tepi pantai.
Di tempat itulah beliau bertemu dengan seorang juru sapu atau penjaga parahyangan. Juru sapu tersebut memperingatkan bahwa tempat itu sangat angker dan keramat. Menurut cerita yang dipercayai masyarakat setempat, siapa saja yang lewat dan tidak melakukan sembahyang akan diterkam oleh harimau gaib penjaga tempat tersebut. Karena itu, ia memohon dengan sangat agar sang pendeta melakukan persembahyangan terlebih dahulu sebagai bentuk penghormatan. Permintaan itu sebenarnya disampaikan dengan penuh rasa takut, karena sang juru sapu tidak ingin terjadi sesuatu pada tamu suci tersebut.
Melihat niat baik juru sapu, Dang Hyang Nirartha menyetujuinya. Beliau kemudian masuk ke area parahyangan dan duduk bersila di depan sebuah pelinggih. Dengan penuh ketenangan, beliau melakukan yoga dan mengheningkan cipta, menyatukan pikiran kepada Sang Hyang Widhi. Suasana menjadi sakral ketika beliau tenggelam dalam kusuknya meditasi.
Namun, di tengah keheningan itu, tiba-tiba bangunan pelinggih yang menjadi tempat beliau bersembahyang roboh dengan sendirinya. Kejadian itu disaksikan langsung oleh juru sapu yang berdiri tidak jauh dari tempat tersebut. Ia terkejut bukan main. Dengan gemetar, ia segera bersujud dan memohon ampun kepada sang pendeta, merasa bersalah telah memaksa beliau melakukan sembahyang di tempat yang ternyata sudah rapuh. Ia memohon agar sang pelinggih dapat dikembalikan seperti semula.
Melihat ketulusannya, Dang Hyang Nirartha tergerak oleh rasa iba. Beliau kemudian mencabut sehelai rambutnya dan memberikannya kepada juru sapu. Rambut itu, menurut sabda beliau, harus diletakkan kembali pada pelinggih dan disiwi—yakni dihormati dan disembahyangi—agar mendatangkan keselamatan, kesejahteraan, dan perlindungan bagi masyarakat sekitar. Juru sapu pun mengikuti semua petunjuk itu dengan penuh keyakinan. Dari peristiwa inilah nama Pura Rambut Siwi berasal, yang berarti “pura tempat menyembah rambut (suci)”.
Karena hari telah menjelang malam, Dang Hyang Nirartha memutuskan untuk bermalam di Pura Rambut Siwi. Tidak lama kemudian, kabar kedatangan beliau menyebar luas, dan banyak orang berdatangan untuk memohon nasihat agama maupun pengobatan. Dengan penuh welas asih, beliau mengajarkan pentingnya bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, para Batara-Batari, dan leluhur agar kehidupan di dunia diberkahi kesejahteraan. Beliau juga berpesan agar masyarakat mengadakan pujawali setiap Rabu Umanis Perangbakat sebagai upacara pensucian dan permohonan keselamatan desa.
Sejak saat itu, Pura Rambut Siwi menjadi salah satu pura suci yang dijaga keberadaannya dengan penuh hormat. Hingga kini, pura ini tetap menjadi tujuan persembahyangan, yatra, dan meditasi bagi umat Hindu, sekaligus destinasi spiritual yang memancarkan kedamaian bagi siapa saja yang datang.
Editor :Redaksi InfoDewataNews

0Komentar