Infodewatanews.com, Bali-Pura Besakih adalah pura terbesar di bali yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Pura Besakih ini berada di lereng Gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi di Bali. Nama Besakih diambil dari Bahasa Sanksekerta wasuki atau dalam bahasa Jawa Kuno basuki yang berarti selamat. Selain itu, nama Pura Besakih didasari pula oleh mitologi Naga Basuki sebagai penyeimbang Gunung Mandara.
Keberadaan Pura Besakih, tidak lepas dari kedatangan Resi Markandeya ke Bali. Para ahli memperkirakan kedatangan beliau ke Bali pada abad ke-8. diceritakan dulu sebelum terdapat selat bali, Pulau Bali dan pulau Jawa dahulu masih menjadi satu dan belum dipisahkan oleh lautan.Karena panjangnya pulau ini kemudian disebut dengan pulau Dawa yang artinya pulau panjang.
Awal mula di kisahkan Di Jawa Timur yaitu di Gunung Rawang (sekarang dikenal dengan nama Gunung Raung) ada seorang Yogi atau pertapa yang bernama Resi Markandeya. oleh para pengikutnya disebut Batara Giri Rawang karena kesucian rohani, kecakapan dan kebijaksanaannya.
Pada mulanya Sang Yogi Markandeya bertapa di gunung Demulung, kemudian pindah ke gunung Hyang (gunung Hyang itu adalah DIYENG di Jawa Tengah yang berasal dan kata DI HYANG). Sekian lamanya beliau bertapa di sana, akhirnya mendapat petunjuk dari Hyang Widhi agar beliau dan para pengikutnya merabas hutan di pulau Dawa. setelah selesai nanti agar tanah itu dibagi-bagikan kepada para pengikutnya.
Dikisahkan Resi Markandeya melakukan pertapaan di gunung dieng Sekian lamanya beliau bertapa di sana, akhirnya mendapat petunjuk dari Hyang widhi agar beliau dan para pengikutnya merabas hutan di pulau Dawa, setelah selesai nati agar tanah itu dibagi-bagikan kepada para pengikutnya.
Kemudian Sang Yogi Markandeya melaksanakan petunjuk tersebut dan segera berangkat bersama para pengikutnya yang bejumlah kurang lebih 8000 orang. Setelah tiba di tempat yang dituju, resi Markandeya memerintahkan para pengikutnya agar mulai merambas hutan belantara. Namun saat merambas hutan banyak pengikut beliau meninggal karena wabah penyakit serta dimangsa binatang buas, karena tidak didahului dengan upacara yadnya.
Akhirnya perabasan hutan itu dihentikan oleh resi Markandeya dan beliau kembali lagi ke tempat pertapaannya semula yaitu ke gunung Raung di Jawa Timur. Pada suatu hari yang dipandang hari baik atau Dewasa Ayu akhirnya resi markandeya kembali melanjutkan perabasan hutan di pulau dawa, kali ini bersama para resi dan pertapa serta pengikutnya yang berjumlah 4000 orang yang berasal dari Desa Age yaitu penduduk di kaki gunung Raung, dengan membawa alat-alat pertanian selengkapnya termasuk pula bibit-bibit yang akan ditanam nanti di lahan yang baru.
Setelah sampai di tempat yang dituju, Resi Markandeya segera melakukan tapa yoga semadi bersama para resi lainnya dan mempersembahkan upakara yadnya. Setelah upacara itu selesai, para pengikutnya diperintahkan untuk merabas hutan. Karena dipandang sudah cukup banyak hutan yang dirabas, resi markandeya memerintahkan agar perabasan hutan itu dihentikan dan beliau mulai mengadakan pembagian-pembagian tanah untuk para pengikut-pengikutnya masing-masing dijadikan sawah, tegal dan perumahan, dan semuanya selamat tanpa halangan.
Di tempat di mana dimulai perabasan hutan itu, resi Markandeya menanam kendi berisi air, juga Pancadatu yaitu berupa, logam, emas, perak, tembaga, besi dan perunggu serta permata Mirah Adi (permata utama) dan disertai upacara selengkapnya serta diperciki tirta atau air suci. Sejak saat itu para pengikut Sang Yogi Markandeya yang datang pada waktu-waktu berikutnya serta merabas hutan untuk pembukaan wilayah baru, tidak lagi ditimpa bencana sebagai mana yang pernah dialami dahulu.
Tempat menanam 5 jenis logam itu diberi nama Basukian yang artinya selamat dan juga penghormatan kepada Hyang Naga raja Basuki yang berstana di Gunung Agung. Ditempat itu kemudian didirikan pura yang diberi nama Pura Basukian. Pura inilah cikal-bakal berdirinya pura yang lain di komplek Pura Besakih. Seiring berjalannya waktu nama Basuki berubah menjadi Besakih.
Demikianlah sedikit kutipan dari lontar Markandeya Purana tentang asal mula adanya desa dan pura Besakih yang seperti disebutkan terdahulu bernama Basuki dan dalam perkembangannya, kemudian sampai hari ini bernama Besakih. ( dikutip dari berbagai sumber)
0Komentar