TpOoBSG9TfCoGSd9TpY5GfC8Ti==
Light Dark

5 Fakta Unik Desa Trunyan, Tradisi Pemakaman Terbuka di Bali yang Bikin Merinding

👤 Ngurah Ambara | InfoDewataNews    ðŸ•’ Kamis, Juni 05, 2025
Gambar Utama



Ancak Saji, rangkaian bambu segitiga yang menjadi batas antara jenazah satu dengan jenazah lain (Foto: Dewi Putra/Shutterstock)



INFODEWATANEWS.COM – Bangli Pulau Bali bukan hanya terkenal dengan keindahan pantai, sawah berundak, dan pura-pura megahnya, tetapi juga dengan tradisi budaya yang unik dan sarat makna. Salah satunya adalah Desa Trunyan, sebuah desa kuno yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa ini berada di tepi timur Danau Batur dan dikenal luas karena tradisi pemakamannya yang berbeda dari kebiasaan masyarakat Hindu di Bali pada umumnya.

Kalau biasanya masyarakat Hindu Bali melakukan kremasi atau ngaben, maka warga Desa Trunyan justru memiliki cara lain untuk memperlakukan orang yang sudah meninggal. Jenazah mereka tidak dibakar maupun dikubur, melainkan diletakkan begitu saja di atas tanah di bawah pohon besar yang disebut Taru Menyan. Tradisi inilah yang membuat Desa Trunyan dikenal di seluruh dunia.

Berikut lima fakta menarik tentang Desa Trunyan yang wajib kamu tahu:

1. Asal Nama Desa Trunyan

Nama Trunyan berasal dari dua kata dalam bahasa Bali kuno, yaitu Taru yang berarti pohon dan Menyan yang berarti harum atau wangi. Pohon Taru Menyan inilah yang menjadi ikon desa sekaligus pusat dari tradisi pemakaman unik yang dijalankan masyarakat setempat.

Bagi warga Trunyan, pohon tersebut bukan sekadar pepohonan biasa, melainkan pohon keramat yang dipercaya mampu menyerap bau busuk dari mayat yang diletakkan di sekitarnya. Karena itulah desa ini kemudian disebut Trunyan.

2. Tradisi Pemakaman Terbuka

Hal paling terkenal dari Desa Trunyan adalah tradisi pemakamannya. Warga yang meninggal tidak dimakamkan dengan cara dikubur atau dikremasi. Sebaliknya, jenazah hanya diletakkan begitu saja di atas tanah di bawah pohon Taru Menyan.

Meskipun terdengar menyeramkan, anehnya tidak ada bau menyengat di sekitar area pemakaman. Warga percaya bahwa pohon Taru Menyan menyerap aroma dari jenazah, sehingga area itu tetap bisa didatangi meskipun banyak mayat digeletakkan di sana.

Biasanya, jenazah ditutupi dengan anyaman bambu berbentuk segitiga yang disebut ancak saji, untuk melindunginya dari binatang liar.

3. Jumlah Jenazah yang Terbatas

Pemakaman di Desa Trunyan memiliki aturan ketat. Tidak semua orang yang meninggal bisa dimakamkan di bawah pohon Taru Menyan. Hanya mereka yang meninggal secara wajar (bukan karena kecelakaan atau bunuh diri) dan sudah menikah yang berhak diletakkan di sana.

Selain itu, jumlah jenazah yang diletakkan juga dibatasi. Hanya 11 jenazah yang boleh ditempatkan di bawah pohon Taru Menyan. Jika ada yang meninggal lagi, maka jenazah lama akan dipindahkan untuk memberi tempat bagi yang baru. Tulang-belulang dari jenazah sebelumnya biasanya dikumpulkan di sekitar area pemakaman.




4. Pohon Taru Menyan yang Usianya Ribuan Tahun

Keberadaan pohon Taru Menyan di Desa Trunyan menjadi misteri yang hingga kini masih mengundang rasa takjub. Pohon besar ini diperkirakan sudah berusia ribuan tahun, namun tidak banyak berubah meskipun waktu terus berjalan.

Masyarakat setempat percaya bahwa pohon inilah yang menjadi “penetral” bau busuk dari jenazah yang diletakkan di bawahnya. Seakan-akan pohon ini memang ditakdirkan untuk menjaga tradisi Desa Trunyan agar tetap lestari hingga sekarang.


5. Jenis Pemakaman: Sema Bantas dan Sema Muda

Selain pemakaman utama di bawah pohon Taru Menyan, Desa Trunyan juga memiliki dua jenis pemakaman lain, yaitu:

  • Sema Bantas Pemakaman ini diperuntukkan bagi mereka yang meninggal dengan cara tidak wajar, seperti akibat kecelakaan, bunuh diri, atau perkelahian. Jenazah mereka tidak diperbolehkan diletakkan di bawah pohon Taru Menyan, melainkan dikuburkan di pemakaman yang terletak di perbatasan desa.
  • Sema Muda Pemakaman ini digunakan untuk bayi, anak-anak, serta orang dewasa yang belum menikah. Sama seperti di Sema Bantas, jenazah di sini juga tidak ditempatkan di bawah pohon Taru Menyan.

Wisata Mistis yang Mengundang Rasa Penasaran

Tradisi unik ini kemudian membuat Desa Trunyan menjadi salah satu destinasi wisata budaya dan mistis di Bali. Banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, yang datang untuk menyaksikan langsung keunikan pemakaman terbuka di desa ini.

Namun, untuk mencapai Desa Trunyan tidaklah mudah. Wisatawan biasanya harus menyeberangi Danau Batur dengan perahu kecil. Begitu tiba, suasana hening dan sakral langsung terasa, apalagi saat melihat tengkorak dan tulang-belulang yang tersusun rapi di area pemakaman.

Demikianlah lima fakta menarik mengenai Desa Trunyan, salah satu desa tertua di Bali yang masih melestarikan tradisi pemakaman terbuka. Tradisi ini memang terkesan mistis dan menyeramkan, tetapi justru menjadi bukti kekayaan budaya Bali yang tiada duanya.

Jadi, jika kamu berkunjung ke Bali, sempatkanlah singgah ke Desa Trunyan. Selain menyaksikan langsung tradisi pemakaman unik, kamu juga bisa merasakan aura sakral dan nuansa magis yang jarang ditemukan di tempat lain. Dijamin pengalaman ini akan membekas dalam ingatanmu.

✍️ Penulis: Ngurah Ambara

0Komentar

Copyright© - INFODEWATANEWS.COM . Develop by Komunitas Ngranjing.
Tentang Kami | Perjalanan Kami | Makna Logo | Privasi | Syarat dan Ketentuan | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Redaksi | Kontak Kami