![]() |
Penampilan Tari Kecak Di Uluwatu Foto Istimewa |
INFODEWATANEWS.COM - Tari Kecak pertama kali dikembangkan pada tahun 1930-an oleh seorang seniman Bali bernama Wayan Limbak, bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies. Mereka menggabungkan elemen ritual tradisional Bali dengan drama tari untuk menciptakan pertunjukan yang menarik bagi turis.
Tari Kecak terinspirasi dari ritual Sanghyang, di mana para peserta akan memasuki keadaan trance (kerasukan) untuk berkomunikasi dengan dewa atau leluhur. Dalam ritual ini, mereka akan mengeluarkan suara "cak" secara berirama.
Uluwatu, dengan Pura Luhur Uluwatu yang sakral dan pemandangan matahari terbenam yang memukau, menjadi tempat yang ideal untuk pementasan Tari Kecak. Pertunjukan di Uluwatu dimulai pada tahun 1970-an dan segera menjadi atraksi populer bagi wisatawan.
Pertunjukan di Pura Uluwatu menampilkan lebih dari 50 penari pria yang duduk melingkar, mengeluarkan suara "cak" secara serempak, dan menciptakan irama yang dinamis tanpa menggunakan alat musik.
Tari Kecak di Uluwatu menceritakan bagian dari epik Ramayana, khususnya kisah tentang penculikan Dewi Sita oleh Rahwana, dan usaha Rama untuk menyelamatkannya dengan bantuan Hanuman, sang raja kera. Melalui tarian ini, nilai-nilai seperti keberanian, kesetiaan, dan pengorbanan ditampilkan, memberikan pesan moral kepada penonton.
Hanoman dalam Tari Kecak adalah salah satu tokoh utama yang memainkan peran penting dalam cerita yang diangkat dari epik Ramayana. Hanoman adalah raja kera putih yang setia kepada Rama dan terkenal karena keberanian serta kekuatannya.
Dalam cerita Ramayana, Hanoman berperan sebagai utusan Rama yang dikirim untuk mencari dan menyelamatkan Dewi Sinta, yang diculik oleh Rahwana, raja raksasa dari Alengka.
Dalam Tari Kecak, Hanoman ditampilkan sebagai karakter yang berani dan tangkas yang berhasil menemukan Sita dan menyampaikan pesan dari Rama, memberi harapan dan kekuatan kepada Sita.
Hanoman menunjukkan kekuatannya dalam berbagai adegan pertempuran melawan pasukan Rahwana. Salah satu adegan paling spektakuler adalah saat Hanoman membakar kota Alengka dengan ekornya yang dibakar oleh para raksasa.
Adegan ini menjadi momen dramatis dalam Tari Kecak, dengan efek visual dan suara yang memukau penonton.
Formasi melingkar dari para penari mencerminkan konsep kosmologi Hindu Bali, di mana lingkaran melambangkan kesatuan dan keabadian. Lingkaran tersebut juga mencerminkan keseimbangan antara mikrokosmos (diri individu) dan makrokosmos (alam semesta).
Pertunjukan Tari Kecak diadakan di sebuah amfiteater terbuka di tepi tebing Pura Uluwatu, memberikan pemandangan spektakuler matahari terbenam dan Samudra Hindia. Atmosfer ini menambah kesakralan dan keindahan pertunjukan.
Tari Kecak di Uluwatu bukan hanya sebuah pertunjukan budaya, tetapi juga sebuah cerminan dari nilai-nilai spiritual dan tradisi Bali yang kaya. Menontonnya memberikan wawasan mendalam tentang filosofi Hindu Bali serta apresiasi terhadap seni dan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi (am/id)
0Komentar