TpOoBSG9TfCoGSd9TpY5GfC8Ti==
Light Dark

Tumpek Krulut, Perayaan Hari Kasih Sayang versi Bali

👤 Ngurah Ambara | InfoDewataNews    ðŸ•’ Sabtu, Juni 07, 2025
Gambar Utama


Foto Ilustrasi AI/ InfoDewataNews

INFODEWATANEWS.COM - Tumpek Krulut jatuh pada Sabtu, Kliwon, wuku Krulut. Hari Tumpek Krulut bisa dikatakan sebagai perayaan Hari Kasih Sayang versi Bali. Berbeda dengan Hari Valentine yang identik dengan jalan-jalan bersama pasangan, pada Tumpek Krulut, umat Hindu di Bali diajak untuk menyayangi seluruh alam semesta beserta isinya, termasuk manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda sekitar yang dianggap memiliki energi spiritual.

Dikutip dari Calonarangtaksu, menurut Prof. Dr. Drs. I Made Surada, MA, dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, kata “Krulut” berasal dari kata “Lulut”, yang secara harfiah memiliki arti kasih sayang atau tresna. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila dalam pelaksanaannya, banyak yang menyebut upacara ini sebagai Hari Valentine ala Bali, karena sama-sama menekankan pentingnya rasa kasih dan perhatian.

Lebih lanjut, Prof. Surada menjelaskan bahwa suara memegang peran penting dalam upacara Tumpek Krulut. Suara, terutama yang dihasilkan oleh alat musik gamelan, bukan hanya sebagai media hiburan, tetapi juga simbol komunikasi dan keharmonisan antar-manusia. Dengan adanya suara yang indah, manusia diingatkan untuk saling menghargai, memperhatikan, dan menjaga hubungan baik dengan sesamanya.

Dengan adanya suara, manusia bisa saling berkomunikasi. Oleh karena itu, upacara ini juga kerap digunakan sebagai pengingat agar manusia selalu memperhatikan dan menghargai sesamanya.




Perayaan upacara ini, masyarakat Hindu Bali sejatinya memberikan persembahan kepada Dewa Iswara yang menurut kepercayaan mereka hadir dalam bentuk manifestasi gamelan, dengan menyipratkan air suci ke set gamelan yang akan disucikan. 

Penyucian ini bertujuan untuk menghilangkan hal-hal buruk yang menempel pada gamelan. Selanjutnya, masyarakat Bali akan memberikan sajian berupa sesajen yang merupakan simbol persembahan kepada Dewa Iswara. 
Jenis sesajen yang diberikan pun beragam. Biasanya dilengkapi dengan ketupat, ajuman, tigasan, pengambean, serta peras. sesajen ini dapat diletakkan di dekat alat musik dengan tujuan agar suara gamelan tetap terdengar cantik dan indah.
Pemberian sesajen ini bukan sekadar formalitas, tetapi merupakan wujud nyata dari rasa tulus dan kasih sayang umat Hindu.
Pelaksanaan Tumpek Krulut menekankan rasa tulus dalam setiap tindakan. Memberikan sesajen dengan hati yang tulus menjadi wujud nyata dari kasih sayang yang dimiliki setiap orang.

Selain fokus pada gamelan, Tumpek Krulut juga mengandung makna moral dan sosial yang dalam. Umat diajak untuk mengingatkan diri sendiri agar selalu tulus, menjaga komunikasi, dan menghormati sesama. Tradisi ini menekankan bahwa kasih sayang bukan hanya untuk pasangan atau keluarga, tetapi juga terhadap lingkungan dan seluruh makhluk hidup.

Dalam konteks modern, nilai-nilai yang diajarkan oleh Tumpek Krulut tetap relevan. Di tengah kehidupan yang serba cepat dan digital, manusia sering kali lupa untuk memperhatikan hubungan sosial dan harmoni dengan alam. Tumpek Krulut hadir sebagai pengingat agar setiap individu tetap menjaga keseimbangan antara aktivitas duniawi dan spiritual, serta menghargai keberadaan orang lain dan alam sekitar.

Selain itu, upacara ini juga menjadi momen pendidikan budaya bagi generasi muda. Anak-anak dan remaja diajak untuk belajar menghargai tradisi, memahami filosofi di balik sesajen dan penyucian gamelan, serta menanamkan nilai kasih sayang sejak dini. Dengan begitu, tradisi Tumpek Krulut tidak hanya dipandang sebagai ritual sakral, tetapi juga sebagai media pembelajaran budaya yang menguatkan identitas dan karakter bangsa.

Dengan pelaksanaan yang tulus dan penuh kasih, Tumpek Krulut mengajarkan umat Hindu Bali bahwa kasih sayang dan penghargaan terhadap sesama dan alam semesta adalah bagian penting dari kesejahteraan spiritual. Masyarakat berharap melalui ritual ini, kehidupan menjadi lebih harmonis, hubungan sosial lebih kuat, dan alam tetap terjaga.

Dengan demikian, Tumpek Krulut bukan sekadar upacara keagamaan, tetapi juga pengingat bagi umat Hindu Bali dan masyarakat luas untuk terus menebar kasih sayang, menjaga keharmonisan, dan menghormati segala ciptaan Tuhan.

Editor : Ngurah Ambara 

0Komentar

Copyright© - INFODEWATANEWS.COM . Develop by Komunitas Ngranjing.
Tentang Kami | Perjalanan Kami | Makna Logo | Privasi | Syarat dan Ketentuan | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Redaksi | Kontak Kami