TpOoBSG9TfCoGSd9TpY5GfC8Ti==
Light Dark
Usai Viral Lempar Monyet, Pria Ini Persembahyangan di Pura Monkey Forest: Netizen Sebut Karma Sudah Bicara

Usai Viral Lempar Monyet, Pria Ini Persembahyangan di Pura Monkey Forest: Netizen Sebut Karma Sudah Bicara

Daftar Isi
×

 


Pria yang sebelumnya viral karena melempar monyet di kawasan suci Monkey Forest Ubud, terlihat melakukan persembahyangan di Pura Dalem sebagai bentuk penyesalan (kiri) ditemani warga lokal (Screenshot Video Facebook/Adi Suryana)

INFODEWATANEWS.COM, Gianyar – Entah apa yang merasuki seorang pria ini hingga nekat melakukan aksi tak pantas di kawasan suci Monkey Forest, Ubud. Dalam video yang sempat viral sebelumnya, pria tersebut terlihat melempar sesuatu ke arah kawanan monyet di area hutan yang disakralkan oleh masyarakat Hindu Bali. Aksinya menuai kecaman luas dan dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap tempat suci.

Namun kini, cerita itu memasuki babak baru. Dalam unggahan terbaru akun Facebook bernama Adi Suryana, Minggu (13/7/2025), pria yang sama tampak melakukan persembahyangan di Pura Dalem Monkey Forest. Ia tampak khusyuk menghaturkan sesajen, mengenakan kain adat Bali, sebagai bentuk permohonan maaf dan penyesalan atas tindakannya.

Netizen pun tak tinggal diam. Mereka kembali membanjiri kolom komentar dengan sindiran, pelajaran moral, dan harapan agar kejadian ini tidak terulang lagi.

“Lempar monyet, dapat tamparan karma,” tulis seorang warganet.

“Akhirnya nyadar! Jangan main-main di tempat suci,” timpal lainnya.

“Syukurlah masih sempat sadar dan mohon maaf. Di Bali, karma cepat banget,” komentar seorang pengguna Facebook yang mendapat banyak likes.

Aksi "lempar lalu sesal" ini menjadi pengingat kuat bagi siapa pun yang datang ke Bali – baik wisatawan maupun warga lokal – agar selalu menjaga sikap dan perilaku, terutama saat berada di lokasi yang disakralkan.

Monkey Forest Ubud bukanlah tempat hiburan biasa. Di dalamnya terdapat kompleks pura suci, termasuk Pura Dalem  dan dihuni oleh ratusan ekor monyet yang dipercaya memiliki keterkaitan spiritual dengan kawasan tersebut.

Bagi masyarakat Hindu Bali, tempat ini dijaga secara adat dan niskala (tak kasat mata). Gangguan, apalagi penghinaan secara langsung, terhadap binatang atau lingkungan di kawasan itu dianggap sebagai pelanggaran spiritual, yang bisa berujung pada karma phala (akibat perbuatan).

Ungkapan lokal “Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” pun kembali digaungkan. Sebuah nasihat untuk menghormati budaya, adat, dan keyakinan lokal di mana pun kaki berpijak.

Tak sedikit netizen yang menjadikan peristiwa ini sebagai bahan refleksi pribadi dan sosial. Dalam era media sosial seperti sekarang, keinginan untuk membuat konten unik seringkali membutakan akal sehat. Ironisnya, apa yang niatnya hanya "iseng" justru bisa menjadi bumerang.

“Jangan lakukan tindakan bodoh yang bisa membuatmu menyesal di kemudian hari. Hormatilah alam, hewan, dan tradisi setempat,” tulis salah satu akun netizen di kolom komentar.

Bali, dengan segala keindahan dan kekayaan budayanya, bukan tempat untuk eksperimen konten murahan. Hormat dan takzim pada alam serta tempat suci adalah syarat utama menjaga keharmonisan, baik untuk diri sendiri maupun lingkungan.(*). 

Penulis : admin

0Komentar