TpOoBSG9TfCoGSd9TpY5GfC8Ti==
Light Dark

Makna dan Tradisi Banyupinaruh, Penyucian Diri Setelah Saraswati

👤 Ngurah Ambara | InfoDewataNews    🕒 Minggu, September 07, 2025
Gambar Utama

 

Suasana khidmat seorang wanita duduk bersembahyang di pantai sebagai rangkaian penyucian diri pada Hari Suci Banyu Pinaruh. (Foto: Visual AI Ambara/InfoDewataNews)


INFODEWATANEWS.COM – Umat Hindu di Bali mengenal rangkaian hari suci yang memiliki makna mendalam dalam siklus kehidupan beragama. Setelah Hari Raya Saraswati, umat Hindu akan melaksanakan Banyupinaruh, yaitu sebuah tradisi melukat atau penyucian diri dengan menggunakan air suci di laut, danau, sungai, maupun pancuran. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada Redite Paing Sinta atau hari Minggu pagi setelah Saraswati.

Asal-usul dan Makna Banyupinaruh

Secara etimologi, kata Banyu berarti air, sedangkan Pinaruh berasal dari kata pinaweruh atau pengetahuan. Jadi, Banyupinaruh dapat dimaknai sebagai air pengetahuan. Filosofinya adalah setiap orang hendaknya menyucikan diri lahir dan batin setelah memperoleh ilmu pengetahuan pada Hari Saraswati, sehingga ilmu tersebut menjadi bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Umat Hindu meyakini bahwa ilmu pengetahuan tanpa kesucian diri akan kehilangan arah. Oleh sebab itu, Banyupinaruh menjadi simbol bahwa setelah menerima anugerah ilmu dari Dewi Saraswati, umat perlu kembali membersihkan pikiran, perkataan, dan perbuatan agar bijaksana dalam mengamalkan pengetahuan tersebut.

Prosesi dan Pelaksanaan

Sejak dini hari, umat Hindu akan datang berbondong-bondong ke pantai, danau, sungai, maupun pancuran. Mereka melukat dengan cara mandi atau berendam sambil bersembahyang memohon tirta penglukatan.

Beberapa umat membawa canang sari atau banten sederhana sebagai bentuk sembah bakti. Setelah selesai melukat, biasanya mereka melanjutkan dengan sembahyang di merajan atau pura keluarga. Prosesi ini diyakini memberi kesucian lahir dan batin, sekaligus menolak mala atau energi negatif.

Di beberapa desa adat, Banyupinaruh dilaksanakan dengan upacara khusus menggunakan banten pejati. Pemangku atau sulinggih akan memimpin doa, lalu umat melukat bersama-sama. Suasana khusyuk bercampur dengan keceriaan karena banyak keluarga datang beramai-ramai, bahkan menjadikannya sebagai momen kebersamaan.

Simbol Penyucian Diri

Banyupinaruh bukan hanya sekadar mandi di laut atau sungai, tetapi memiliki makna simbolis yang mendalam. Air menjadi sarana penyucian karena dianggap sebagai sumber kehidupan. Dengan melukat, umat Hindu diingatkan untuk menghilangkan segala kotoran lahiriah dan membersihkan pikiran dari sifat serakah, marah, dan iri hati.

Tradisi ini juga menegaskan hubungan manusia dengan alam. Laut, danau, dan sungai tidak hanya dipandang sebagai sumber air, melainkan juga tempat suci yang patut dijaga kebersihannya. Dengan demikian, Banyupinaruh memiliki dimensi spiritual sekaligus ekologis.

Relevansi di Zaman Modern

Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, Banyupinaruh menjadi momentum untuk merenung dan kembali pada kesadaran spiritual. Saat umat berendam di air suci, mereka seolah diminta untuk melepaskan segala beban pikiran, stres, dan energi negatif yang mengganggu kehidupan sehari-hari.

Selain itu, pesan penting dari Banyupinaruh adalah bagaimana ilmu pengetahuan harus dipadukan dengan kebijaksanaan. Di era digital, manusia semakin mudah memperoleh informasi. Namun tanpa pengendalian diri dan kesadaran spiritual, pengetahuan itu bisa disalahgunakan. Banyupinaruh mengingatkan bahwa pengetahuan sejati adalah yang membawa manfaat bagi sesama, alam, dan semesta.

Banyupinaruh adalah tradisi sakral yang mengajarkan umat Hindu untuk selalu menyucikan diri setelah menerima ilmu pengetahuan. Dengan melukat di laut, danau, sungai, atau pancuran, umat tidak hanya membersihkan diri secara fisik, tetapi juga menata batin agar lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan.

Tradisi ini menjadi warisan budaya Bali yang sarat makna, meneguhkan ajaran Tri Hita Karana: menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam.

Melalui Banyupinaruh, umat Hindu diingatkan bahwa kesucian diri adalah kunci untuk mengamalkan pengetahuan yang benar, sehingga tercipta kehidupan yang harmonis, damai, dan penuh rahayu.


📝 Penulis Ngurah Ambara |InfoDewataNews 

0Komentar

Copyright© - INFODEWATANEWS.COM . Develop by Komunitas Ngranjing.
Tentang Kami | Perjalanan Kami | Makna Logo | Privasi | Syarat dan Ketentuan | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Redaksi | Kontak Kami