TpOoBSG9TfCoGSd9TpY5GfC8Ti==
Light Dark

Kisah Dalem Dukut dan I Gusti Jelantik Bogol: Persatuan Bali dan Nusa Penida dalam Jalan Dharma

👤 Ngurah Ambara | InfoDewataNews    ðŸ•’ Sabtu, November 08, 2025
Gambar Utama

Ilustrasi pertemuan sakral antara Dalem Dukut dan I Gusti Jelantik Bogol di tepi tebing Nusa Penida. Kedua kesatria Bali kuno ini digambarkan berdiri gagah dalam aura cahaya senja, melambangkan persatuan Bali dan Nusa melalui jalan dharma dan kehormatan.Visual AI Ambara / InfoDewataNews




INFODEWATANEWS.COM — Dalam catatan sejarah spiritual Bali, hubungan antara Pulau Bali dan Nusa Penida tidak hanya terjalin lewat jalur kekuasaan, melainkan juga melalui nilai-nilai dharma dan kesatria yang luhur. Kisah ini tertuang dalam berbagai lontar kuno dan tradisi tutur masyarakat, yang menggambarkan bagaimana dua kerajaan besar, Dalem Klungkung dan Dalem Nusa (Dalem Dukut), akhirnya menyatu melalui jalan kehormatan, bukan peperangan.

Pada masa pemerintahan Dalem Klungkung, muncul keinginan besar untuk menyatukan Nusa Penida dengan Bali. Tujuan itu bukan semata-mata memperluas wilayah kekuasaan, melainkan untuk membangun hubungan spiritual dan kesejahteraan bersama antara rakyat Bali dan rakyat Nusa.

Upaya awal dijalankan dengan mengutus Ngurah Peminggir ke Nusa Penida. Namun, pendekatan yang dilakukan dengan cara kekerasan justru berujung kegagalan. Dalem Nusa, yang dikenal memiliki pasukan gaib atau wong samar, membalas serangan itu dengan kekuatan niskala yang luar biasa, hingga pasukan Ngurah Peminggir dikalahkan.

Kegagalan itu menjadi pelajaran penting bagi Dalem Klungkung, bahwa penyatuan dua wilayah sakral ini tidak bisa dicapai dengan peperangan, melainkan dengan kebijaksanaan dan tata krama kesatria. Maka, Dalem Klungkung kemudian mengutus I Gusti Ngurah Jelantik Bogol, seorang patih yang dikenal arif, teguh, dan berpegang pada dharma. Ia tidak datang membawa amarah, melainkan membawa pesan damai dan penghormatan.

Saat tiba di Nusa, I Gusti Jelantik Bogol diterima dengan penuh hormat oleh Dalem Dukut, sang raja sakti Nusa Penida yang disegani. Dalam pertemuan itu, mereka berdua memahami bahwa penyatuan dua pulau bukan perkara menaklukkan, tetapi menyatukan dua niat suci untuk kemakmuran rakyat.

Namun, sebagai kesatria sejati, mereka sepakat untuk menguji takdir dan kekuatan dalam perang tanding secara terhormat — bukan dengan prajurit, bukan dengan kekerasan, melainkan dalam semangat swadharma masing-masing.

Dalam perang tanding itu, Jelantik Bogol menggunakan senjata sakti kerajaan bernama Ganja Malela. Namun, nasib berkata lain: senjata itu patah di tengah pertarungan. Hampir saja ia kalah, hingga sang istri tercinta, Ni Gusti Ayu Kaler, datang membawa sebilah keris Pencok Sahang — pusaka yang dipercaya berdaya magis tinggi.

Melihat pusaka itu, Dalem Dukut tersenyum. Ia sudah tahu lewat firasat spiritualnya bahwa waktunya telah tiba untuk kembali ke Sunia Loka, alam kedewataan. Dengan ketenangan dan kebijaksanaan, ia menghentikan pertarungan dan menyatakan bahwa dirinya akan kembali ke alam suci melalui senjata tersebut. Ia lalu menyerahkan seluruh kekuasaan dan rakyatnya kepada Dalem Klungkung, disertai restu agar Nusa dan Bali bersatu dalam harmoni.

Kisah ini bukan tentang siapa yang menang atau kalah, melainkan tentang pengorbanan dan kebesaran jiwa seorang raja. Dalem Dukut tidak menggunakan pasukan wong samar-nya untuk melawan, sebab ia menyadari ada kepentingan yang lebih tinggi dari sekadar mempertahankan tahta — yaitu persatuan spiritual antara Nusa dan Bali.

Melalui sikap penuh welas asih dan kehormatan itu, Nusa Penida kemudian menjadi bagian dari sistem pemerintahan Klungkung, bukan sebagai wilayah taklukan, melainkan sebagai mitra spiritual dan niskala. Sejak saat itu, hubungan antara Bali dan Nusa semakin erat, tidak hanya dalam pemerintahan, tetapi juga dalam yadnya dan tatanan keagamaan.

Nilai luhur dari kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa kekuatan sejati bukanlah kemampuan untuk menaklukkan, melainkan keberanian untuk mengalah demi kebenaran dan keseimbangan.

Dalem Dukut dan I Gusti Jelantik Bogol menjadi teladan kesatria sejati — mereka berperang bukan karena kebencian, melainkan karena menjalankan swadharma masing-masing dengan penuh kesadaran spiritual.

Bersatunya Bali dan Nusa Penida menjadi simbol persaudaraan, harmoni, dan kebijaksanaan leluhur. Sebuah warisan suci yang hingga kini tetap hidup dalam jiwa masyarakat Bali, menjadi pengingat bahwa kekuasaan tanpa dharma hanyalah bayangan kosong, sedangkan dharma tanpa cinta kasih adalah perjuangan tanpa arah.

🖋️ Penulis: Ngurah Ambara
🗞️ Editor: Redaksi InfoDewataNews
🪶 Legenda Nusantara | Menyusuri kisah suci, mitologi, dan legenda penuh makna dari berbagai daerah di Nusantara. Ruang refleksi nilai budaya dan spiritual yang diwariskan turun-temurun.

0Komentar

Copyright© - INFODEWATANEWS.COM . Develop by Komunitas Ngranjing.
Tentang Kami | Perjalanan Kami | Makna Logo | Privasi | Syarat dan Ketentuan | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Redaksi | Kontak Kami